Kuliah atau Organisasi



“Nak, kuliah seng bener. Ojo kecewake bapak lan ibumu ning ndeso.” Itu merupakan kata-kata atau harapan semua orang tua terhadap anaknya. Agar kuliah dengan benar dan tidak mengecewakan orang tuanya, yang banting tulang demi biaya kuliah serta hidup anaknya di perantauan. Orang tua pun, menginginkan anaknya mendapatkan IP yang bagus dan tentunya lulus tepat waktu, mengapa? Ya, tentunya kalian sudah paham tanpa aku jelaskan.

Tapi, masalah dan merupakan problem terbesar saat ini adalah kuliah tidak menjamin langsung mendapatkan pekerjaan. Lalu? Untuk apa kuliah? Membuang waktu dan tenaga, bukan? Itu merupakan pemikiran yang sempit. Kuliah itu penting, karena dapat membuka wawasan pengetahuan lebih lebar. Loh, bukannya membaca buku juga bisa? Berbeda, kuliah mengajarkan lebih banyak dari sebuah buku. Tapi, itu hanya berlaku bagi mahasiswa/i yang memang berniat kuliah bukan sekedar menyandang gelar untuk bergaya.

Eits, bukan ini yang akan kita bahas. Melainkan bagaimana kita kuliah tapi, saat lulus bisa mendapatkan pekerjaan atau saat kuliah sudah mendapatkan pekerjaan sesuai dengan yang kita pelajari di bangku perkuliahan. Gampang kok? Bagaimana? Ikut saja organisasi didalam kampus. Caranya? Duduk aja, diem, pakai putih hitam, di tempat verifikasi data CMB (Calon Mahasiswa/i Baru). Nanti kan, banyak orang-orang yang akan menawarimu untuk masuk kedalam organisasi yang mereka ikuti. Tapi kan? Apa? Orang tua menyuruh kitaa untuk kuliah bukan mengikuti organisasi. Lah, mau jadi “Ku-Pu-Ku-Pu”? Apa itu? Kuliah-Pulang-Kuliah-Pulang. Tentunya tidak, kan? Terus pilih mana dong, Kuliah atau Organisasi? Hal ini, merupakan kebimbangan yang akan dialami Camaba atau Mala (Mahasiswa Lama). Seperti iklan di tv “Pilih S2 atau Menikah.”

Oke, kita berfikir relevan saja mengenai kewajiban dan keinginan. Mengapa? Ya, kita anggap kuliah sebagai kewajiban dan organisasi sebagai keinginan atau, sebaliknya. Ketika berbicara mengenai kuliah tentunya tidak lepas dengan inisial IP. Lalu, untuk mendapatkan IP bagus bagaimana? Ya, harus absen full, aktif didalam kelas, tidak membuat onar terhadap dosen, dan tentunya mengerjakan tugas tepat waktu. Dan hal yang paling utama, kuliah itu menguras DOMPET. Kecuali, jika kamu pandai. Apalagi anak KOS atau yang lebih kerennya rantauan, harus pandai-pandai mengatur keuangan. Sehingga, diakhir bulan dapat menghindari MIE INSTAN atau mengandalkan sumbangan makanan gratis dari acara baik itu ulang tahun teman dan sejenisnya.

Saat bertemu dengan wali dosen bukan hanya IP yang menjadi momok terbesar dalam perbincangan tapi, kamu akan ditanya “Ikut organisasi apa saja di kampus?” karena menurut dosen “Kuliah itu tidak menghasilkan apapun tanpa organisasi.” Seketika langit akan menjadi rubuh dan bumi mulai bergoyang dengan kencang; angin, petir saling bersahut-sahutan dan kamu akan merasa menjadi orang paling bodoh di muka bumi. Itu hanya berlaku bagi mahasiswa/i yang tidak menyandang gelar organisasi. Tapi, ketika kamu masuk kedalam organisasi harus siap menerima segala konsekuensinya. Pertama, mendapatkan banyak jaringan yang akan membantumu setelah lulus kuliah. Atau kedua, menjadi mahasiswa tua yang melupakan janjimu terhadap orang tua untuk lulus tepat waktu. Pilihan mana yang akan Anda pilih?

Sekarang kita berkaca ke dalam organisasi. Didalam organisasi diajarkan dua hal yang menjadi pokok untuk masa depan yaitu “Personality and Management.” Namun, organisasi juga banyak menyita waktumu. Tak jarang kita jumpai, mahasiswa/i yang aktif dalam suatu organisasi ketika didalam pembelajaran perkuliahan terlihat mengantuk bahkan tertidur. Mereka beralasan lembur tugas atau rapat, alasan kuno! Lalu mereka yang terlalu mencintai organisasi lebih memilih menjadi mahasiswa tua dengan alasan, “Kalau aku tinggalkan, organisasi tidak akan berjalan dan ini bukti kecintaanku!”. Maka aku akan menjawab, SERAKAH! BODOH! Untuk apa memiliki banyak anggota dan selama ini, bagaimana kamu menuangkan ilmu yang sudah kamu dapat? Apa yang akan kalian jawab?

Oke, sudah terlihat mereka tidak bisa membedakan mana kewajiban dan keinginan, serta satu hal prioritas. “Prioritas bukan berarti totalitas,” kata salah satu temanku. Lalu, bagaimana? Mudah saja pertama, prioritasmu adala cita-citamu. Kedua, kewajibanmu adalah kuliah. Dan ketiga, organisasi adalah keinginan. Kenapa organisasi bukan kewajiban? Bukankan kuliah merupakan keinginana kita? Lucu! Organisasi itu adalah pendukungmu dalam proses pembelajaran di kuliah. Selain itu, juga ladang mengembangkan bakatmu atau hobimu tanpa mencurahkan seluruh waktumu hanya untuknya. Lalu ketika seseorang bertanya, berarti kamu hanya mencari keuntungan dan dimana kecintaanmu atau sumbangsihmu terhadap organisasimu? Jawab saja, “Bagaimana denganmu?”

Sumbangsih? Dalam hal apa? Ketika, kamu datang dan memaparkan idemu itu sudah termasuk sumbangsih apalagi, kamu dapat merealisasikan pemikiranmu itu suatu penghargaan terbesar. Jadi, tetap utamakan kuliahmu. Dan mahasiswa/i yang hanya kuliah tanpa organisai merupakan kesalahan. Mengapa? Karena, mereka tidak mau berkembang. Tapi, satu hal bagiku “Jangan egois dan mendiskriminasi!” karena kita Bhineka Tunggal Ika dan kita berdiri di tanah Indonesia, berlambang Garuda, berkibar Merah Putih di angkasa.

Semarang, 26 Juli 2017
Sema Karunia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Pramuka Di Era Modern

FUNGSI, PERAN, DAN MENGIDENTIFIKASI PERAN KEPEMIMPINAN DARI BERBAGAI DIMENSI

REVIEW FILM “DANCING IN THE RAIN”