Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Kotaku Kotak Katak Kata

Gambar
Oleh : Sema Karunia Semarang, 9 Desember 2017 LBH APIK bersama dengan jaringan mengadakan acara Solidaritas Kaum Marginal “Makan bersama para pemulung” di Jl. Kolonel Sugiono Semarang turut mengundang Prof. Agnes Widanti dan Bu Krisseptiani Hendrar Prihadi (tidak dapat hadir karena sedang menghadiri acara lain). Bukan mengenai soal berita acara yang akan aku bahas namun, mengenai kemiskinan, harapan, dan entahlah. Jujur saja aku sering melewati tempat seperti ini. Pemukiman kumuh yang jauh dari kata indah. Tapi, mereka tidak mengenal kotor. Kotor bagi mereka adalah kelaparan. Aku disana terpatung tak bisa berbuat apa-apa hanya, berpura-pura tersenyum untuk menghindari dari rasa jijik dan ketidakpercayaan. Semiriskah itu kotaku? Melihat mereka makan (Nasi,Ayam Goreng,Sayur lodeh,Teh hangat,Air mineral,Roti, dan Buah pisang) dengan lahap dan penuh irama disetiap suapnya. Menjadikan hatiku semakin teriris dan malu. Bagaimana tidak? Aku yang sering memakan berbagai jenis

Dibalik Jendela, Nela

Gambar
Di Balik Jendela, Nela Oleh : Sema Karunia Menunggu membuatku mengidap bipolar [1] . Detik yang lalu, aku terbang melayang karena kebahagiaan. Detik selanjutnya, aku merasa jatuh ketempat paling dalam dan orang sering menyebutnya kesedihan. Virus apa yang sudah kamu berikan kepadaku? Sehingga, berulang kali aku menjadi pecandu teknologi. Berjalan mondar-mandir seperti anjing jaga, lalu melihat layar kaca kecil yang sebesar telapak tangan hanya untuk melihat balasan singkatmu. Benar-benar virus yang menyebalkan. *** 13 Juli 2017, daun pertama yang mendarat mulus ditelapak tangan Jogja. Dua tahun aku tak berkunjung ketempat ini dan meninggalkan kenangan tanpa berpamit. Mungkin, aku yang salah atau kamu yang salah? entahlah. Aku hanya sebagai pecinta kelas teri, [2] namun  wanita selalu saja mengharapkan lebih. Ya, kusadari karena aku memang magnet. Aku terlalu keras seperti karang didasar ombak. Aku meninggalkannya di tepi Kalimati dan merobek cerita terakhir dalam buku

Kuliah atau Organisasi

Gambar
“Nak, kuliah seng bener. Ojo kecewake bapak lan ibumu ning ndeso.” Itu merupakan kata-kata atau harapan semua orang tua terhadap anaknya. Agar kuliah dengan benar dan tidak mengecewakan orang tuanya, yang banting tulang demi biaya kuliah serta hidup anaknya di perantauan. Orang tua pun, menginginkan anaknya mendapatkan IP yang bagus dan tentunya lulus tepat waktu, mengapa? Ya, tentunya kalian sudah paham tanpa aku jelaskan. Tapi, masalah dan merupakan problem terbesar saat ini adalah kuliah tidak menjamin langsung mendapatkan pekerjaan. Lalu? Untuk apa kuliah? Membuang waktu dan tenaga, bukan? Itu merupakan pemikiran yang sempit. Kuliah itu penting, karena dapat membuka wawasan pengetahuan lebih lebar. Loh, bukannya membaca buku juga bisa? Berbeda, kuliah mengajarkan lebih banyak dari sebuah buku. Tapi, itu hanya berlaku bagi mahasiswa/i yang memang berniat kuliah bukan sekedar menyandang gelar untuk bergaya. Eits, bukan ini yang akan kita bahas. Melainkan bagaimana kita

Omong Kosong Dalam Tong Kosong

Gambar
Ketika berbicara mengenai 'merdeka' banyak sekali yang perlu dipertanyakan. Merdeka yang seperti apa? Yang bagaimana? Jalan seperti apa? Untuk apa? Apa? Apa? Lalu apa? Membela rakyat? Membela yang bagaimana? Sebagai jalan penengah? Tapi, itu omong kosong bagiku. Ketika mereka dengan bangga masuk didalam suatu organisasi dan mereka berkata "aku untuk rakyat" namun, ketika mereka dapat memenuhi ambisinya dan berada dipuncak, apalagi dipercaya untuk memegang kendali dalam suatu kehidupan yang lebih besar. Kata-kata yang dulu diucapkan hanya sebagai angin lalu. Mengapa? Ya karena mereka terlalu nyaman ditempat tidur. Hidup itu uang! Seperti kata-kata yang sering kita dengar "time is money' ingin mengelak? Bodoh! Saat ini uang adalah segalanya jadi, orang yang berkata "saya untuk rakyat bukan karena uang" hanya omong kosong!  Apalagi, ditambah banyaknya para pejabat atau para penggerak layar kotak modern membuatkan acara yang membahas mengena

Bhineka Bukan Ucapan di Mulut, Namun Bhineka di Hati

Gambar
            Kebhinekaan merupakan kenyataan yang tidak bisa dibantah akan eksistensinya. Kebhinekaan telah dimaknai rakyat melalui multikulturalisme yang berdasarkan spiritualitas. Perbedaan etnik, suku, ras, agama tidak jauh dari sejarah terbentuknya Bhineka Tunggal Ika pemersatu rakyat. Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan yang diambil oleh Mpu Tantular dari konsep teologi Hindu yang berbunyi Bhina Ika Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mengrawa yang artinya, berbeda beda Dia, tapi satu adanya tak ada ajaran yang menduakannya. Dalam hal ini semboyan Bhineka Tunggal Ika dijadikan pedoman guna merangkul keberagaman yang terdapat di Negara kita Indonesia. Bhinneka pun dimasukkan kedalam salah satu pilar kebangsaan ( UUD 1945, Pancasila, dan NKRI ) . Keempat pilar ini dilahirkan dalam rangka memajukan Indonesia yang lebih baik. Selain itu, Bhineka merupakan hal yang penting yang tidak hanya diucapkan di mulut saja namun harus dimaknai dengan hati. Di era modern ini bhineka terasa

Perempuan Tangguh di Era Globalisasi

Gambar
Sema Karunia Globalisasi sendiri memiliki banyak arti dikalangan masyarakat, salah satunya mengartikan, globalisasi adalah sesuatu yang berhubungan atau keterkaitan antar bangsa dengan manusia, di seluruh dunia baik melalui ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dan bentuk-bentuk interaksi lain, sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias . Adanya globalisasi memberi dampak yang signifikan bagi perkembangan umat manusia, khususnya perempuan. Dalam globalisasi setiap bangsa/negara berlomba melakukan pembangunan baik secara kapitalisasi dan ekspansi utamanya di bidang industri, teknologi, dan komunikasi. Hal ini, mengakibatkan kehidupan manusia cenderung individualis dan materialistik. Kesuksesan hidup diukur   dari   sebesar apa materi yang ia punyai berupa uang, rumah, tanah, jabatan , investasi, dsb. Sejak Kartini memperjuangkan kedudukan perempuan setara dengan kaum lelaki, maka sejak itu emansipasi bergulir. Emansipasi adalah suatu gerakan agar perempuan memili

Bangkitnya Ratu Pantai Selatan

Bangkitnya Ratu Pantai Selatan Jerit tangis bayi menggema dipelosok kampung itu, pertanda penghuni baru telah datang. Jagad raya menyambut kedatangannya. Kesenangan memenuhi isi ruangan namun, kesedihan juga mengiringinya. Kelahiran bayi yang sangat dinanti – nantikan keluarga itu pun terpenuhi tapi, kematian yang tak diinginkan justru hadir. Alam pun merasa bahagia namun, alam juga merasakan kesedihan bayi itu. Entah takdir apa yang diterima bayi manis itu, baru saja dilahirkan ia sudah tak memiliki sosok ibu. Tapi, siapa yang tahu takdir. Hanya penulis skenario yang tahu, manusia hanya menjalani saja. Jadi, tak perlu protes dan cukup simak kisah ini.