Bangkitnya Ratu Pantai Selatan

Bangkitnya Ratu Pantai Selatan
Jerit tangis bayi menggema dipelosok kampung itu, pertanda penghuni baru telah datang. Jagad raya menyambut kedatangannya. Kesenangan memenuhi isi ruangan namun, kesedihan juga mengiringinya. Kelahiran bayi yang sangat dinanti – nantikan keluarga itu pun terpenuhi tapi, kematian yang tak diinginkan justru hadir. Alam pun merasa bahagia namun, alam juga merasakan kesedihan bayi itu. Entah takdir apa yang diterima bayi manis itu, baru saja dilahirkan ia sudah tak memiliki sosok ibu. Tapi, siapa yang tahu takdir. Hanya penulis skenario yang tahu, manusia hanya menjalani saja. Jadi, tak perlu protes dan cukup simak kisah ini.

Bayi manis dengan tanda lahir tepat di pergelangan tangan kirinya itu, telah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Siapapun yang melihatnya juga terpesona, termasuk ayahnya yang merawat dan membesarkan gadis cantik itu seorang diri. Betapa beruntungnya yang memiliki anak seperti itu.  Gadis itu bernama Adinda Cahya Kemuning, ia sering disapa Dinda. Ia keturunan asli Yogyakarta, dari ibunyalah ia mendapatkan kecantikan yang begitu sempurna layaknya wanita Jawa. Sedangkan ayahnya asli warga asing Amerika, oleh karena itu Dinda memiliki tubuh yang tinggi dengan mata biru yang membuatnya semakin menawan, yang tak dimiliki wanita Jawa pada umumnya.
Dinda tinggal di Yogya hanya sampai ia berumur 4tahun, lalu ia meninggalkan kota ini dan tinggal di tempat asal ayahnya, Amerika. Namun, pada akhirnya saat ia berusia 18tahun Dinda kembali lagi ketempat ia dilahirkan. Karena sang ayah memiliki bisnis usaha yang harus dikembangkan. “Dad, why don’t a live in AS? It, will be better for me, than I have to live in this boring country? Please, dad....” rayu Dinda ke ayahnya. Sang ayah hanya tertawa kecil dan memahami kenapa anaknya seperti itu, “I’m sorry honey, because I have a job in this country. I think it, will be better for you, okey honey?”
Rupanya Dinda sedikit kecewa dengan jawaban ayahnya, yang menandakan ia tidak bisa berbuat apa – apa. “Achhh, whatever dad, I wanna go out to find fresh air,” dicium pipi ayahnya dan pergi meninggalkan sang ayah yang sedang membongkar barang – barang pindahan itu. Sang ayah hanya tersenyum dan dalam benaknya ia berkata,
“Nikmati suasana disini, honey. You will be like this country, because this is where your mother was born and also you, honey. Ayah yakin kamu akan betah disini, dan semoga hal buruk tidak terjadi denganmu dengan mengirimmu ketempat ini. Ayah sangat mencintaimu begitupun ibumu. Ayah akan selalu menjagamu dan tak akan ada orang lain yang bisa menyakiti dirimu, termasuk wanita itu. Ayah selalu berada disisimu. Itu janji ayah, honeyku sayang.”
                  @@@
Keesokan paginya Dinda diajak sang ayah kekampus barunya. Ya setelah lulus sudah jauh – jauh hari ayahnya mendaftarkan ke kampus itu. Dinda hanya menurut keputusan ayahnya, Dinda hanya berfikir pilihan ayahnya adalah pilihan yang terbaik baginya. Dan keputusan untuk pindah sebenarnya berat bagi Dinda, karena harus meninggalkan teman – temannya disana.
Kini Dinda sudah resmi menjadi mahasiswi di Universitas Gajah Mada, jurusan Psikologi. Rupanya tak ada kesulitan bagi Dinda untuk berbaur dengan lingkungan kampus. Ya tapi, tetap saja ada masalah karena tidak semua orang disana bisa berbahasa Inggris. Itulah yang Dinda takutkan dan khawatir saat mendengar pindah ke Indonesia dan tepatnya di kota Yogyakarta ini.
Setelah beberapa bulan tinggal disana, Dinda mulai terbiasa dan menemukan teman – teman yang menyukainya. Saat ini Dinda sedang asyik mengobrol dengan teman – temannya. Hingga salah satu temannya mempertanyakan mengenai tanda itu. “Din, maaf nih aku tanya. Dari awal kita ketemu aku selalu penasaran dengan tanda di tanganmu itu. Apakah salah satu anggota keluargamu juga memiliki tanda itu?” tanya Seno berhati – hati takut Dinda tersinggung. “Yes, my mom has a sign like this. Why?” Dinda merasa aneh dengan tatapan mereka.
Ratna pun berkata, “Eh..eh...tunggu dulu Din, your mom has a sign like that. But, aku juga pernah lihat tanda itu Din.” Dinda pun terkejut, “Dimana? Kamu bertemu dengan ibuku, tapi itu tidak mungkin. Ibu meninggal saat melahirkanku.” Ratna pun menatap ke arah Aryo, Aryo sedikit bingung dan semua orang termasuk Dinda juga menatapnya. “Di buku itu, Yok kamu ingat kan? Saat kita baca buku waktu dulu, aku yakin itu tanda persis ditangan Dinda. Aneh bukan? Dinda dan ibunya juga memiliki tanda itu?” Dinda pun berkata dan tidak percaya. “Aneh apanya Rat, ini hanya tanda lahir saja. Bukan....” Ayo pun memutus perkataan yang belum diselesaikan oleh Dinda. “Oh itu...ya aku ingat di buku itu. Orang yang memiliki tanda itu merupakan penerus Ratu Pantai Selatan, Nyi Roro Kidul.” Dinda mulai semakin tak mempercayainya, “Come on guys, I don’t believe in Superstitions, ini sudah jaman modern, tanda ini hanya tanda lahir biasa.” Ratna mencoba meyakinkan Dinda dan mengotak – atik isi Hpnya, “Coba ini lihat, tanda ini sama persis ditanganmu dan coba baca.”
Dinda masih tak percaya, “Who is she?” Seno menjawab perempuan yang ditunjuk oleh Dinda pada HP Ratna. “She is Nyi Roro Kidul.” Dinda hanya mengernyitkan dahi tapi, Dinda tak asing dengan wanita digambar itu. Dinda merasa pernah menemui perempuan itu disetiap mimpinya akhir – akhir ini.
Ratna pun berdiri dan menuju ke tempat duduk Dinda yang tepat dihadapannya, lalu memegang pundak Dinda. “Nyi Roro Kidul merupakan dewi legendaris dari Indonesia yang sangat populer di kalangan masyarakat, khususnya masyarakat Pulau Jawa dan Bali. Dan difoto yang kamu lihat diHpku dialah Nyi Roro Kidul, penguasa Pantai Selatan. Ia sangat terkenal dengan kecantikannya dan ia merupakan salah satu putri Kerajaan Sunda, namun sayang menurut kisah ia diusir oleh ayah kandungnya sendiri dan itu disebabkan oleh ulah ibu tirinya.”
Dinda mulai tertarik dengan kisah yang diceritakan teman – temannya, ia mendengarkan hal yang menurutnya sedikit ganjal dan tidak masuk akal baginya. “Why he was expelled by his father? Lalu mengapa ibu tirinya bertindak seperti itu?” tanya Dinda.
Kini giliran Aryo yang angkat bicara dan menjelaskan kepada Dinda menurut pengetahuaannya. “Menurut buku yang aku baca ya, Din. Sang putri atau Nyi Roro Kidul itu diguna – guna oleh dukun yang disuruh oleh ibu tirinya waktu itu. Ibu tirinya bernama Dewi Mutiara, sedangkan nama asli Nyi Roro Kidul adalah Dewi Kandita. Awal mulanya, sang raja ayah Dewi Kandita yang bernama Raja Munding Wangi sangat menginginkan anak laki – laki. Oleh karena itu, raja menikahi Dewi Mutiara dan mendapat keturunan anak laki – laki darinya. Dewi Mutiara sungguh serakah, ia menginginkan putranya sebagai satu – satunya penerus dari kerajaan itu. Ia melakukan berbagai cara demi menyingkirkan Putri Kandita. Bahkan, ia meminta kepada sang raja untuk mengusir putrinya namun, sang raja berkata tidak akan membiarkan siapapun menyakiti sang putri. Karena Dewi Mutiara begitu cerdik, ia pun merayu raja agar tak marah dengan ucapannya itu. Dan sang raja pun luluh dan percaya begitu saja. Dewi Mutiara tidak kehabisan cara, dan ia putuskan untuk memanggil dukun, lalu diguna – gunalah Dewi Kandita sehingga ia memiliki penyakit kulit.  Rencana Dewi Mutiara berhasil, berbagai tabib didatangkan untuk menyembuhkan Dewi Kandita. Tapi, semuanya gagal tak ada yang bisa menyembuhkannya. Dewi Mutiara pun melancarkan akal liciknya, ia mempengaruhi raja untuk mengusir Dewi Kandita dengan alasan bahwa Dewi Kandita akan membawa kesialan bagi kerajaan. Dengan sangat amat terpaksa Raja Munding Wangi mengusir Dewi Kandita karena tidak menginginkan terjadi gunjingan diseluruh negeri,” ucap Aryo.
“Lalu bagaimana dengan Dewi Kandita?” tanya Dinda Penasaran.
Aryo melanjutkan perkataannya yang terpotong karena rasa penasaran Dinda. “Yahh, Dewi Kandita pergi meninggalkan kerajaan tanpa rasa benci bahkan dendam kepada ibu tirinya. Kandita pergi tanpa tujuan, hingga tujuh hari tujuh malam, tanpa tujuan itulah akhirnya ia tiba di Samudera Selatan. Saat ia tiba disana, ada suara gaib yang menyuruhnya pergi kedalam air samudera itu. Kandita pun melompat dan berenang, dan apa yang terjadi ia menjadi semakin cantik. Setelah itu, ia pergi dan menghilang tak ada seorang pun yang mengetahui keberadaanya. Menurut cerita ia diangkat oleh para lelembut sebagai penguasa Pantai Selatan. Ia menjadi seorang dewi yang kita kenal sekarang Nyi Roro Kidul yang hidup abadi.”
Dinda pun tertawa dan semakin tak mempercayai pernyataan yang dipaparkan teman – temannya, meskipun Dinda masih bingung dan ada rasa penasaran. “Hahaha...lalu hubungannya denganku? Bagaimana bisa ada orang yang hidup abadi? itu hanya ada dalam negeri dongeng. Lalu, apakah ada orang yang pernah melihatnya?” tanya Dinda.
Seno pun menjawab pertanyaan Dinda dengan keraguan dalam benaknya. “Entahlah, Din. Tapi, aku pernah mendengar ada orang yang pernah melihatnya dalam wujud duyung bahkan ada yang melihat dalam wujud yang sangat cantik, seperti difoto itu.” Tunjuk Seno kearah layar Hp Ratna, lalu melanjutkan katanya lagi. “Dan menurut yang aku dengar juga, ia juga mengambil jiwa siapapun yang ia inginkan.” Diperagakan Seno bagaimana ekspresi orang merinding. Semua orang yang disana pun tertawa melihat tingkahnya. Ratna pun kembali berbicara, “Dan hubungan dengan tanda ditanganmu kami pun juga tak mengetahuinya, Din. Kami hanya tahu, jika orang yang memiliki tanda itu adalah keturunan Nyi Roro kidul.” Tambah ratna.
“Ahsudahlah kawan, jangan difikirkan. Terimakasih dengan cerita yang menarik itu. Tapi, aku masih tak mempercayainya. Ayo kita pulang, hari sudah mulai malam.” Mereka semua termasuk Dinda segera meninggalkan kantin kampus dan menuju rumah masing – masing. Dan Dinda masih tak mempercayai hal itu, meskipun ia akhir – akhir ini sering memimpikan wanita difoto itu.
                @@@
Malam ini dan mimpi yang sama datang lagi. “What is this, this dream again and again come. Mom and the woman. Who she was? And mark my hand as belonging to mom.” Dinda pun teringat dengan ucapan teman – temannya. “Apa benar aku keturunannya dan bagaimana bisa?”. Dari balik pintu kamar Dinda, ayahnya melihat raut kecemasan terpancar diwajah Dinda. “Honey, apa yang terjadi? Mimpi itu datang lagi?” tanya ayahnya, “Iya,Dad. Aku bingung dengan ini semua dan teman – temanku berkata bahwa aku keturunan Nyi Roro Kidul begitupun ibu. Apa dady tahu akan hal ini?”
“Ini saatnya kau tahu,” sang ayah pun meninggalkan Dinda untuk mengambil sesuatu dan kembali lagi kekamarnya membawakan sepucuk kertas yang berisikan alamat. “What is this, Dad? Jl. Kemuning 09/03, No. 13?” sang ayah hanya mengangguk. “Datanglah ketempat itu dan cari jawabannya. Tapi, jika ada sesuatu telepon dady atau dady yang akan mengantarmu?”. “No, dad. Dinda akan cari bersama teman – teman, thanks Dad.” Dikecup pipi sang ayah.
                @@@
Dinda beserta teman – temannya tiba dialamat itu. Rumah yang begitu besar dan khas orang Jawa. Penuh ukiran dan relief yang begitu mengesankan, dan tentu saja jika rumah itu dijual tak ternilai harganya. “Din, bener ini alamatnya?” ucap Ratna. “Bener kok, tapi kayaknya kosong deh.” “Hari sudah malam, bagaimana kita tinggal disini. Kau memiliki kuci rumah ini kan Din? Soalnya tidak mungkin jika kita mencari hotel di kampung seperti ini,” tanya Seno. Mereka pun setuju dengan ucapannya dan segera mencari tempat tidur masing – masing.
Seperti malam sebelumnya, mimpi ini datang lagi. Namun, ada hal yang berbeda ini bukan mimpi. “Suara ini persis dengan mimpiku tapi, ini bukan mimpi.” Diikuti sura gamelan itu, Dinda berusaha membangunkan teman – temannya namun, mereka sudah tertidur pulas.
Tibalah Dinda diasal suara itu, hanya ada bangunan candi yang dikelilingi suara deburan ombak. Tiba – tiba, Dinda melihat ibunya sedang menari ditengah – tengah bangunan candi itu dengan mengenakan pakaian khas penari Jawa. Lalu, datanglah wanita cantik persis difoto itu dan suara gamelan berhenti. Semuanya bersujud dihadapannya termasuk ibunya. Sang wanita itupun berkata, “Anakku, sekarang waktunya kau meneruskan tujuanku. Pergilah kealam manusia dan menikahlah.” Ibunya pun mencium tangan wanita itu, “Baiklah nyai.”
Dinda semakin kebingungan dan tak percaya dengan yang ia lihat. Tiba – tiba ada seseorang yang memegang pundak Dinda. Kagetlah Dinda dibuatnya, “Ikuti aku, kau akan tahu semuanya. Sekarang giliranmu nak.” Dinda dibuat bingung, “Maksudnya nek? Giliranku? Giliran apa....?” belum saja Dinda menyelesaikan pertanyaannya ia malah ditinggal nenek itu.
Tibalah Dinda disuatu tempat, ya dibibir pantai selatan. Sang nenek misterius itu pun berkata, “Masuklah kedalam air dan kau akan bertemu dengannya.” Belum saja Dinda bertanya nenek itu sudah menghilang sekejap mata. Dinda pun menurut saja dengan apa yang disuruh oleh sang nenek. Ia masuk kedalam air, sedikit demi sedikit tubuhnya tertelan kedalam air. Ajaibnya Dinda sudah berada dalam suatu kerajaan yang begitu megah dengan hiasan berwarna emas dan hijau disetiap dindingnya. Pakaian Dinda juga berubah menjadi sama difoto, “Whats happen?.” Disana ia melihat wanita yang dipanggil teman – temannya waktu itu Nyi Roro Kidul, duduk disinggasana dan ia mengenakan baju yang sama dengan Dinda. “Where I am?” tanya Dinda kepadanya. Sang Ratu hanya tersenyum dan berkata, “Aku adalah kau, dan kau adalah aku. Sudah tiba saatnya anakku.”
                 @@@
Ayam jantan memainkan suara merdunya, tapi rumah besar itu sudah riuh karna hilangnya Dinda yang tanpa jejak. Teman – temannya, warga disitu dibuat kebingungan olehnya. Mereka mencari kemana – kemana namun, tetap saja sama tak ditemukan. Saat semua orang mulai menyerah dan hendak menelepon ayahnya juga polisi, tiba – tiba Dinda muncul dan tentu saja mengagetkan mereka semua. “Ya Allah Din, kamu kemana aja?” tanya Ratna lalu memeluk Dinda. “Mari kita pulang, aku sudah menemukan Jawabanku. Aku adalah dia, dan dia adalah aku. Sekarang aku disini bersama kalian.” Ada kejanggalan pada sosok Dinda, namun mereka tak peduli yang terpenting Dinda sudah ditemukan dan mereka segera meninggalkan tempat itu. Disisi lain, ditempat yang berbeda. “Aku Dinda, She is not me! Help me! Dad, Rat, Sen, Yo, help me!!.” Waktu sudah berubah dan kemungkinan tuk kembali sangat tipis. Hanya dia yang bisa merubahnya. Ratu Pantai Selatan sudah bangkit dan kembali menjadi manusia seutuhnya.
-Selesai-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Pramuka Di Era Modern

FUNGSI, PERAN, DAN MENGIDENTIFIKASI PERAN KEPEMIMPINAN DARI BERBAGAI DIMENSI

REVIEW FILM “DANCING IN THE RAIN”