Merubah Kiblat Kartini Kini

Juara 2 LKTI Sejarah Tingkat Nasional Provinsi Jawa Tengah

MERUBAH KIBLAT KARTINI KINI
TULISAN INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI SYARAT
PENULISAN KARYA ILMIAH  YANG BERTEMAKAN “R.A. KARTINI”

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/7/7a/SMAN_7_Semarang.jpg













Disusun Oleh :


SEMA KARUNIA
NISN 9981136783


SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 7 SEMARANG
2015
HALAMAN PENGESAHAN


Disahkan Pada Tanggal :
Rabu, 19 Mei 2015
Mengetahui,

Kepala SMA N 7 Semarang                                       Guru Pembimbing

S. Panca Mulyadi S.Pd., M.Pd.                                Rifa Irwan Sani, S.Pd
NIP 19630627 198803 1 005







i
 

KATA PENGANTAR


Puji syukur dipanjatkan kepada kehadirat Tuhan YME yang telah memnerikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga mampu menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “Merubah Kiblat Kartini Kini”.
Makalah ini berisikan tentang bagaimana wanita kini dapat mempertahankan dirinya sebagai sosok Kartini.Diharapkan makalah ini dapat memberi informasi kepada kita semua tentang perjuangan seorangwanita yang pemberani.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaa nmakalah ini. Akhir kata, saya sampaikan terimakasih dan semoga Tuhan YME senantiasa memberkati segala usaha kita. Amin.

Semarang, 19Mei 2015
Penulis



DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ......................................................................................... ii
Kata Pengantar  ................................................................................................. iii
Daftar Isi                                                                                                               iv
BAB I
A.    Latar Belakang ................................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah............................................................................................... 1
C.     Tujuan................................................................................................................. 2
D.    Manfaat .............................................................................................................. 2
BAB II
A.    Sejarah Singkat R.A. Kartini.............................................................................. 3
B.     Kondisi Wanita Zaman R.A. Kartini.................................................................. 6
C.     Perjuangan Yang dilakukan R.A. Kartini........................................................... 6
D.    Kondisi Wanita Saat Ini...................................................................................... 8
E.     Mengembalikan Kembali Kiblat Wanita Kini..................................................... 9
BAB III
A.      Simpulan ............................................................................................................  13
B.       Saran ..................................................................................................................  14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................  15
LAMPIRAN............................................................................................................. 16


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pada saat ini 30% persentase anggota dewan adalah perempuan dalam lembaga Legislatifhal ini merupakan bentuk dari hasil perjuangan Kartini memperjuangkan hak hak kaum wanita. Namun, sayangnya perjuangan Kartini tidak diimbangi oleh kaum muda perempuan bangsa Indonesia pada saat ini. Banyak anak perempuan yang tidak cerdas menempatkan dirinya dalam memilih sebuah komunitas. Kaum perempuan yang selayaknya mendapat kehormatan atas pemosisian dirinya malah bangga mendapat sebutan anak gaul. Kategori anak gaul yang dimaksud adalah pergaulan tanpa sekat dengan anak laki laki sehingga merusak kehormatan seorang perempuan.
Hal ini sangat berlawanan dengan kondisi yang Kartini alami kala itu. Perempuan yang dulu begitu peka melihat kondisi kodratnya yang hanya bisa pasrah dan menerima. Lalu ia upayakan perjuangan untuk membantu seluruh kaum perempuan. Namun ironinya, perempuan kini malah terlena dan membudayakan budaya barat yang tidak mencerminkan budaya ketimuran yang akhirnya membuat martabat dirinya sendiri menjadi rendah.
B.     Rumusan Masalah
Permasalahan yang diangkat dalam karya ilmiah ini adalah :
1.        Apa yang menjadikan wanita kini terjerumus oleh dunia keBaratan ?
2.        Bagaimana mengembalikan kiblat wanita kini ?



C.    Tujuan
Makalah ini dibuat bertujuan memberi gambaran kepada penulis dan pembaca mengenai:
1.        Hal yang menjadikan wanita kini terjerumus oleh dunia kebaratan.
2.        Mengembalikan kembali kiblat wanita kini.
D.    Manfaat
Makalah ini bermanfaat untuk memberikan wawasan bagi pembaca, penulis, dan peneliti selanjutnya dalam menghadapi kondisi wanita saat ini untuk menjadi lebih baik dan bisa menjunjung wanita Indonesia.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Singkat R.A. Kartini
Banyak orang yang kagum terhadap R.A. Kartini. Hal tersebut dikarenakan wanita yang satu ini memiliki banyak sekali pembaharuan pada zaman itu. Wanita ini lahir pada tahun 1879 di Jepara dan meninggal pada tahun 1904 di kota Rembang. Sangat disayangkan jika wanita yang sangat cerdas ini harus meninggal pada usia yang sangat muda yaitu 25 tahun.
Pada tanggal 12 November 1903 Kartini menikah dengan Bupati RembangK.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Sangat disayangkan pernikahan Kartini akibat desakan dari orang tua. Banyak orang yang memperkirakan pada saat Kartini menikah masih ingin hidup bebas. Untuk membuat orang tua menjadi bangga, wanita ini lebih baik mengikuti keinginan orang tua. Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, R.M. Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang. Tapi memang takdir berkehendak lain dimana setelah menikah Kartini harus di panggil oleh Yang Maha Kuasa.
Raden Adjeng Kartini berasal dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.
Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondesi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.
Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief  yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelar dan Surat-Surat Cinta karya Multaluli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.
Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”. Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.
B.     Kondisi Wanita Zaman R.A. Kartini
Wanita, kata yang tak asing kita dengar dan dapat dilihat dalam kehidupan sehari hari. Baik dalam kehidupan rumah tangga, bisnis, anggota legislatif bahkan sebagai seorang pemimpin pun pernah kita rasakan. Tapi, siapa sangka untuk mencapai suatu prestasi yang gemilang ini wanita harus dikucilkan dan dinomor duakan.
Sejak dulu laki - laki adalah kaum yang diprioritaskan daripada kaum wanita karena mereka beranggapan bahwa kemampuan kaum laki - laki lebih unggul dibandingkan kaum wanita yang identik lemah. Sedangkan perempuan hanya dianggap sebagai pelengkap kehidupan semata, yang hanya sebagai budak yang jarus menurut kata suami dan diam di dapur tanpa pernah didengar aspirasinya, pernyataannya maupun ide idenya.
Sehingga menyebabkan mereka terkurung dan terkucilkan dari dunia luar dan harus menyia nyiakan masa sekolah mereka untuk memenuhi kodrat mereka sebagai seorang wanita, yang diartikan masyarakat dulu sebagai budak suami. Mereka hanya membantu ibu dalam urusan rumah tanpa mengetahui bagaimana cara membaca dan menulis yang dipelajari oleh kaum laki - laki. Bahkan mereka tidak mengetahui bagaimanakah keadaan dunia luar yang menunggu mereka dan permasalahan - permasalahan yang mungkin saja dapat terpecahkan oleh ide - ide wanita - wanita cerdas tapi, hanya dianggap sebelah mata oleh kaum lelaki ini.
C.    Perjuangan Yang dilakukan R.A. Kartini
R.A. Kartini merupakan seorang wanita yang cerdas dan berpikiran lebih maju dalam menuntut persamaan derajat. Seorang wanita yang gigih memperjuangkan hak – hak kaumnya yang ingin disejajarkan dengan laki – laki dalam kemampuan berpikir maupun ide yang dicetuskan. Yang menginginkan aspirasinya didengar dan tidak dipandang sebelah mata dan ingin menjadi prioritas utama layaknya kaum lelaki.
Namun perjuangan yang dilalui R.A. Kartini tidaklah mudah ia harus jatuh bangun untuk mengangkat kaumnya dari keterpurukan dan hinaan, bahkan untuk sekolah ia harus mengiba kepada kedua orangtuanya agar diperbolehkan. Itu saja belum selesai saat duduk di bangku sekolah ia sering membagi ilmunya dengan wanita – wanita lain di kampungnya baik tua maupun muda. Ia selalu berbagi kepada kaumnya agar mereka tidak berpikir monoton dan klasik seperti nenek moyang mereka.
Tidak hanya berbagi ilmu Kartini juga mempelajari bahasa Belanda karena di zamannya untuk membuka gerbang dunia luar maupun Internasional ia harus menguasainya. Karena ketekunannya Kartini dapat menguasai untuk memperkaya ilmunya Kartini menyempatkan membaca koran dan majalah baik dari Indonesia maupun bahasa asing. Berkat kegemarannya dalam membaca Kartini dapat menjalin komunikasi dengan wanita-wanita yang telah berpikiran cerdas dan memperoleh kesempatan unutuk menyampaikan aspirasi maupun pendapatnya tanpa harus dihina maupun dikucilkan.
Kartini juga menceritakan bagaimana inginnyai merubah nasib kaumnya. Dengan keuletannya Kartini juga mulai menemukan cara-cara untuk memperjuangkan hak-hak kaumnya tanpa menggunakan kekerasan. Hal ini dibuktikan dengan adanya usaha-usaha dan program-program nyata yang telah dilakukan Kartini, misalnya dengan membangun sekolah gratis bagi wanita yang terusia lakukan hingga akhir hidupnya.
D.    Kondisi Wanita Saat Ini
Sangat disayangkan perjuangan Kartini menjadi sia – sia melihat kondisi saat ini wanita terlalu percaya diri dan dinamis, bahkan mereka memilih motto untuk mengalahkan laki – laki. Wanita sekarang cenderung menyalahkan hak – hak mereka sehingga timbul semboyan suami – suami takut istri.
Tidak hanya itu saja wanita sekarang lebih mengikuti budaya barat yang tidak sesuai dengan budaya timur. Dalam pendidikan Barat , ilmu tidak lahir dari pandangan agama tertentu melainkan bebas. Menurut Iqbal (2010) dalam al-Attas , ada lima faktor yang menjiwai budaya dan peradaban barat :
1.      Menggunakan akal untuk membimbing kehiduan manusia.
2.      Bersikap dualitas terhadap relitas dan kebenaran.
3.      Menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksi pandangan hidup sekuler.
4.      Menggunakan doktrin humanisme.
5.      Menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur – unsur yang dominan dalam fitrah dan eksistensi kemanusiaan.
Sedangkan karakteristik pendidikan Timur menurut Azra (1999) yaitu :
1.      Penguasaan ilmu pengetahuan.
2.      Pengembangan ilmu pengetahuan.
3.      Penekanan pada nilai – nilai akhlak dalam penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
4.      Penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
5.      Penyesuaian terhadap perkembangan anak.
6.      Pengembangan pribadi.
7.      Penekanan pada amal saleh dan tanggung jawab.
Menurut Megantoro (2009) dalam tulisannya tentang sistem pendidikan Barat dan Timur menyatakan bahwa perbedaan dari kedua sistem pendidikan ini adalah :
1.      Pendidikan Timur menggunakan guru kelas sebagai pusat dan otoritas.
2.      Pendidikan Barat lebih banyak berpartisipasi dalam kelas. Namun lebih berpacu kedalam matearilisme, idealisme, sekularisme, dan rasionalisme.
Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap wanita saat ini banyak wanita yang hidup terlalu bebas. Bebas yang dimaksud adalah hidup tanpa aturan moral dan agama. Mereka hanya mementingkan materi untuk memenuhi kehidupan. Banyak wanita saat ini terjerumus oleh lubang hitam dunia. Namun, tidak semuanya berperilaku seperti tersebut ada beberapa wanita yang menjadi sosok kartini di dunia malam. Mereka berjuang untuk keluarga yang menunggu dirumah guna sesuap nasi.
E.     Mengembalikan Kembali Kiblat Wanita Kini
Mengikuti arus kemajuan dan sebaliknya membelakangi Barat adalah kolot, kuno, dan tradisional. Sehingga menyebabkan wanita kini takut kena cap ini. Dan inilah yang memunculkan banyak akses sosial media menampilkan gaya hidup Barat dengan menelan pil Barat bulat – bulat. Mereka betul – betul menjadi wanita modern dalam pengertian yang mereka buat sendiri dengan meninggalkan adat kebiasaan lama.
Kebejadan moral melanda generasi muda. Tak terelakan, para orang tua yang dulu paling getol mengkapanyekan nilai – nilai Barat juga ikut khawatir nasib anak – anaknya. Mereka tidak bisa menerima sepenuhnya pergaulan bebas, kumpul kebo, rok mini, free sex, pengguguran kandungan, dan adegan panas lainnya, yang merupakan akibat dari diberlakukannya budaya Barat yang individualistis dan liberal.
Terus bagaimana kita mengembalikan kiblat wanita melalui etika ketimuran untuk menetralisir hal – hal yang dipandang buruk. Bukankah mereka masih terikat akan adat gotong royong, tenggang rasa, sopan santun, dan nilai luhur lainnya ?
Oleh karena itu, Kartini ditampilkan sebagai sosok wanita Timur yang maju dan modern. Setelah beberapa orang menggali mengenai surat – surat yang dikirimkan Kartini mereka mengetahui bahwa Kartini justru memberontak terhadap nilai – nilai ketimuran. Ia menentang ajaran para bangsawan dan kaum ningrat yang bermotto Jawa : Surga nuntut neraka katut (Surga atau Neraka tergantung  suami). Ini merupakan salah satu contoh ekstrem ajaran ketimuran. Jadi, baik ajaran Timur dan Barat semuanya memiliki dampak yang ekstrem.
Cara pandang islam terhadap wanita memang beda dengan ajaran Timur dan Barat. Barat memandang pria dan wanita adalah sama, yang punya hak tidak berbeda. Sedangkan ajaran Timur melihat wanita hanya sebagai pemuas kebutuhan pria. Wanita tidak lebih dari binatang piaraan yang sewaktu – waktu dapat dilepas atau dikurung sesuai dengan kebutuhan majikan.
Islam itu tidak Barat tidak Timur. Islam punya konsep sendiri mengenai wanita. Dalam firmannya Allah mengatakan : “Mereka (kaum wanita) itu pakaianmu, (sebaliknya) engkau (kaum lelaki) adalah pakaian mereka.”(QS. AL-Baqarah:187).
Jadi, untuk mengembalikan kiblat wanita sekarang dapat dilakukan dengan ajaran agama selain itu dapat dilakukan melalui media massa yang kita pelototi setiap waktu. Televisi, majalah, tabloid, koran, bahkan media sosial. Tapi hal yang paling utama untuk mengubah kiblat wanita kini adalah bagaimana cara merubah pola pikir mereka ?
Ada beberapa cara mengubah pola pikir wanita kini untuk mengembalikan kiblat wanita sesungguhnya, yaitu :
1.      Metode NLP (Neuro Linguistic Programming) : Suatu cara untuk menyaring berbagai pengalaman atau hal – hal yang kita hadapi dalam kehidupan sehari – hari melalui lima indera. Contohnya saat wanita mengalami masalah mereka bisa berbagi dengan psikater atau teman terdekat.
2.      Kontemplasi : Dengan cara perenungan diri. Hal ini sering kita lakukan tanpa disadari sebagai contoh saat kita melakukan ibadah kita merenungkan hal apa yang sudah kita lakukan dan apakah berdampak buruk atau tidak.
3.      Membangun konsep diri (Self Concept) : Semua persepsi mengenai diri kita baik aspek fisik, sosial, dan psikologis. Hal – hal yang mempengaruhi konsep diri adalah cita – cita, citra diri, dan harga diri. Misal, sebagai seorang wanita tentunya membuat benteng pertahanan bagaimana caranya untuk mempertahankan diri agar tidak terjebak kedalam lubang hitam.
4.      Pemetaan pikiran (Mind Mapping) : Metode untuk membuat catatan untuk berpikir. Seperti sebelum kita melakukan suatu pekerjaan tentunya membuat konsep atau rancangan kerja agar dapat meminimalisasikan dampak yang akan terjadi.
5.      Pengetahuan hipnotis : eksplorasi alam sadar kita untuk memberikan pencerahan mengenai cara pandang hidup kita. Seperti acara tayangan di televisi contoh uya juga kuyadi acara tersebut Uya Kuya melakukan suatu hipnotis kepada pasiennya untuk menggali informasi yang terpendam. Sementara pasien masih berada di bawah alam bawah sadar pasien dapat diberikan masukan positif agar hidupnya tidak terjebak kelubang hitam.




BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
R.A. Kartini merupakan sosok wanita yang berpengaruh pada masanya hingga kini. Kartini dijadikan sebagai kiblat wanita kini yang dianggap sebagai wanita berbudaya Timur yang modern dan maju. Namun, tidak disangka Kartini malah menentang budaya Timur dimana budaya yang menganggap wanita sebagai pemuas kaum lelaki.
Oleh karena itu budaya Barat pun berkembang pesat termasuk di Indonesia. Namun masyarakat khususnya kaum wanita malah menelan mentah – mentah pil Barat tersebut. Sehingga banyak terjadi penyimpangan baik itu pergaulan bebas,kumpul kebo, rok mini, free sex, pengguguran kandungan, dan adegan panas lainnya, yang merupakan akibat dari diberlakukannya budaya Barat yang individualistis dan liberal.
Hal ini membuat kaum muda kini berusaha mengembalikan kiblat wanita dengan melalui pendidikan agama dan mengubah pola pikir wanita kini. Salah satu agama yang dapat mengubah wanita adalah agama Islam dimana mengajarkan bahwa wanita maupun laki – laki saling menutupi. Dan merubah pola pikir mereka melalui beberapa cara diantaranya metode NLP, kontemplasi, self concept, pemetaan pikiran, dan pengetahuan hipnotis. Tidak hanya itu saja untuk mengubah kiblat wanita juga harus didukung dengan tayangan baik itu di televisi, majalah, tabloid, koran, bahkan media sosial. Tapi, hal yang paling utama tetaplah pola pikir mereka.
B.     Saran
Kini R.A. Kartini telah tiada hanya cita – cita dan perjuangannya yang telah kita nikmati, kemajuan yang dialami wanita Indonesia tak lepas dari perjuangannya. Kini wanita harus pandai memilah budaya yang masuk ke Indonesia bukannya menelan mentah – mentah budaya yang ada. Agar wanita kini dapat kembali ke kiblatnya.



DAFTAR PUSTAKA

Anggriani, Riska (2011). Wanita Dulu Dan Sekarang. Akirasnasa : Probolinggo.
Azra, A (1999). Esai – Esai Intelektual Muslim Dan Pendidikan Islam. PT. Logos wacana Ilmu : Jakarta.
Iqbal, M (2010). Perbandingan Karakteristik Pendidikan Barat Dan Timur. Final   Comparative Education.
Susiana, MA (2010). Regulasi Sistem Pendidikan Timur.Suhardihardian.blogspot.com
______.2002. Merubah Kiblat Wanita. http://www.dudung.net    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Pramuka Di Era Modern

FUNGSI, PERAN, DAN MENGIDENTIFIKASI PERAN KEPEMIMPINAN DARI BERBAGAI DIMENSI

REVIEW FILM “DANCING IN THE RAIN”