Perempuan Tangguh di Era Globalisasi
Sema Karunia
Globalisasi sendiri
memiliki banyak arti dikalangan masyarakat, salah satunya mengartikan,
globalisasi adalah sesuatu yang berhubungan atau keterkaitan antar bangsa
dengan manusia, di seluruh dunia baik melalui ekonomi, pendidikan, sosial
budaya, dan bentuk-bentuk interaksi lain, sehingga batas-batas suatu negara
menjadi bias . Adanya
globalisasi memberi dampak yang signifikan bagi perkembangan umat manusia,
khususnya perempuan.
Dalam
globalisasi setiap bangsa/negara berlomba melakukan pembangunan baik secara
kapitalisasi dan ekspansi utamanya di bidang industri, teknologi, dan
komunikasi. Hal ini, mengakibatkan kehidupan manusia cenderung individualis dan
materialistik. Kesuksesan hidup diukur
dari sebesar apa materi yang ia
punyai berupa uang, rumah, tanah, jabatan , investasi, dsb.
Sejak
Kartini memperjuangkan kedudukan perempuan setara dengan kaum lelaki, maka
sejak itu emansipasi bergulir. Emansipasi adalah suatu gerakan agar perempuan
memiliki kedudukan yang setara dengan kaum lelaki. Artinya setara dalam
kehidupan di sektor publik dan sektor domestik. Pada zaman Kartini yang
diperjuangkan adalah pendidikan. Ia berpendapat pendidikan perempuan merupakan
hal penting untuk mengangkat derajat bangsanya, karena ibu-ibu yang terdidik akan
melahirkan calon bangsa yang baik dan terdidik pula.
Berpuluh
tahun kemudian emansipasi telah merasuki tatanan masyarakat, bukan saja di
bidang pendidikan tetapi di bidang politik, ekonomi, hukum dan sosial lainnya.
Dan kini di era globalisasi perempuan Indonesia sama majunya dengan perempuan
di negara lain. Banyak perempuan telah menduduki posisi penting di berbagai
bidang. Misalnya, mantan presiden Indonesia Megawati Soekarnoputri, menteri
keuangan Sri Mulyani Indrawati, wakil gubernur Jawa Tengah Rustriningsih, direktur
pertamina Karen Agustiawan. Tidak hanya itu saja contoh yang dapat kita lihat
secara langsung, di kampus atau di lingkungan pendidikan terdapat banyak dosen
atau pengajar wanita, bahkan sopir bus atau ojek ada juga yang wanita.
Meskipun
perempuan memiliki keunggulan, namun eksistensi perempuan di ranah publik masih
menghadapi tantangan berupa, Sindrom
Cinderella Complex (rasa takut yang begitu mencekam, sehingga tidak bisa
memanfaatkan potensi otak dan daya kreatifitasnya secara penuh), Dukungan
institusi yang belum maksimal (menyebabkan perempuan menjadi lemah dan tak
berdaya untuk terus hidup), Pergeseran nilai dalam kehidupan (cara berfikir
yang tidak rasional misal, sukses diukur
dari uang, jabatan, dsb. Hal itu membuat perempuan cenderung meninggalkan
feminitasnya dan mengabaikan kebersamaan).
Dalam
konteks perempuan muslim , kondisi di atas sering dialami oleh perempuan berkeluarga. Bagi perempuan yang masih
sendiri, cenderung lebih aman dan dapat berekspresi dengan bebas. Namun, ada
beberapa solusi yang dapat ditawarkan jika menghadapi masalah seperti diatas.
1. Mewujudkan
adanya persamaan dan keragaman dikemukakan oleh Vandana Shiva aktifis dari
India, dimana tetap menonjolkan sifat feminim meskipun bekerja di dunia publik
(maskulin) sehingga, memunculkan warna tersendiri berupa kebersamaan, saling
peduli, dan memilihara kesatuan.
2. Penentuan
skala prioritas dalam jenjang kehidupan
perempuan, bahwa perempuan muslim pada masa ia masih sendiri, bebas
memilih prioritasnya untuk
mengekspresikan apa yang menjadi angan dan cita-citanya. Namun, pada masa
berkeluarga, skala prioritas itu mengalami perubahan, bukan lagi untuk diri
sendiri, melainkan untuk suami dan anak.
3. Membentengi
diri dengan nilai mulia, mengagungkan nilai kesopanan, kejujuran, kebersamaan
dalam agama dan tradisi yang kita anut. Nilai ini tidak boleh hilang, harus
tetap dijaga dan dikembangkan agar dapat menjadi benteng di tengah melunturnya
nilai di era gobalisasi.
Dengan
hal ini, era globalisasi membawa perubahan dalam semua aspek kehidupan.
Perempuan sebagai elemen penting dan menentukan harus tetap mengambil peran di
era ini, tanpa meninggalkan sisi feminitasnya. Semoga perempuan muslim dapat
menjawab tantangan globalisasi , menjadi
contoh teladan , memberi manfaat bagi orang di sekitarnya dan tentunya
menjadi perempuan tangguh dalam melawan arus globalisasi.
Komentar